Selasa, 23 Februari 2016

Karya Budaya ditetapkan sebagai Warisan Budaya



1.Karapan Sapi dari Madura, Jawa Timur


Karapan sapi merupakan salah satu jenis kesenian/olahraga/permainan tradisional yang selalu dilakukan oleh masyarakat P. Madura, Jawa Timur. Kerapan atau karapan sapi adalah satu istilah dalam bahasa Madura yang digunakan untuk menamakan suatu perlombaan pacuan sapi. Ada dua versi mengenai asal usul nama kerapan. Versi pertama mengatakan bahwa istilah “kerapan” berasal dari kata “kerap” atau “kirap” yang artinya “berangkat dan dilepas secara bersama-sama atau berbondong-bondong”. Sedangkan, versi yang lain menyebutkan bahwa kata “kerapan” berasal dari bahasa Arab “kirabah” yang berarti “persahabatan”.

2. Sapi Sonok dari Madura, Jawa Timur


Kontes Sapi Sonok merupakan seni pertunjukan masyarakat Madura dalam rangka menghargai dan menghormati hewan sapi. Kegiatan ini selalu digelar setiap tahun secara bergiliran di 4 kota kabupaten Madura (Bangkalan, Sampang, Dan Sumenep). Kontes sapi Sonok dilaksanakan bersamaan dengan Karapan Sapi. Dalam kontes ini, sepasang Sapi Sonok dinilai berdasarkan kriteria tertentu yang meliputi kecantikan, keserasian, serta kesehatannya.

3. Tari Gandrung dari Banyuwangi, Jawa Timur


Tari Gandrung berasal dari kata “gandrung”, yang berarti ‘tergila-gila’ atau ‘cinta habis-habisan’ dalambahasa Jawa. Kesenian ini masih satu genre dengan seperti ketuk tilu di Jawa Barat, tayub di Jawa Tengahdan Jawa Timur bagian barat, lengger di wilayah Banyumas dan joged bumbung di Bali, dengan melibatkan seorang wanita penari profesional yang menari bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringanmusik (gamelan).

4. Tari Kentrung dari Jawa Timur


Seni kentrung yang berkembang abad 16 adalah salah satu bentuk kesenian yang amat kental dengan dua dimensi yaitu dimensi estetik dan istetis yang menjadi unsur utama dalam konstrusi utama kesenian itu sendiri. Alat musik ini terdiri dari kendang rebana, kentrung dan jidur. Sebuah grup terdiri dari 3-7 penabuh dan 1 dalang pembaca patokan Jawa yang berkaitan dengan lakon yang dipentaskan.

5. Makepung dari Bali


Makepung adalah atraksi balapan kerbau berasal dari Kabupaten Jembrana, Bali. Kata Makepung berasal dari kata makepung-kepungan (bahasa Bali) artinya berkejar-kejaran, inspirasinya muncul dari kegiatan tahapan proses pengolahan tanah sawah yaitu tahap melumatkan tanah menjadi lumpur dengan memakai lampit. Lampit ditarik oleh dua ekor kerbau dan sebagai alat penghias kerbau, maka pada leher kerbau tersebut dikalungi gerondongan (gongseng besar) sehingga apabila kerbau tersebut berjalan menarik lampit maka akan kedengaran bunyi seperti alunan musik.

6. Kain Bidai dari Kalimantan


Bidai, bide’, atau kasah bide’ merupakan hasil seni kriya tradisional masyarakat Bidayuh yang berbentuk lembaran anyaman, dan terbuat dari kulit kayu dan rotan. Pada masa lalu bidai atau kassah bide banyak digunakan untuk menjemur hasil panen berupa padi-padian atau palawija, dan juga digunakan untuk perlengkapan rumah. Baik untuk alas tidur atau fungsi lainnya yang sejenis. Karena bahan bakunya yang terbuat dari rotan kecil yang dan kulit kayu, bidai atau kassah bide’ ini memiliki bentuk anyaman yang khas alam serta kuat atau tahan lama. Sekalipun itu pernah atau sering terendam air dan terkena panas matahari langsung.

7. Songket Sambas dari Kalimantan Barat


Songket Sambas adalaha salah satu seni kerajinan tekstil tenun khas Kalimantan Barat. Motif-motif yang dipakai pada saat ini tidak diketahui siapa yang menciptakannya dan itu motif-motif itu terus berkembang sesuai dengan kemampuan dari perajin tersebut. Motif yang tergambar dalam tenunan ini biasanya berkaitan dengan alam dan lingkungan hidup. Adapun motif yang banyak dipakai antara lain; pucuk rebung, tabur awan berarak, serong bunga mawar terputus, tabur melati setangkai dan masih banyak yang lainnya.

8. Rumah Panjang Dayak (Lamin, Betang, dan Radaakng, Uma Dadoq) dari Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah


Rumah tradisional masyarakat Dayak. Lamin merupakan bangunan yang berdiri di atas tiang-tiang penyangga berupa kayu bulat atau balok. Konstruksi tiang penyangga ini membentuk kolong dan merupakan penyangga atau pendukung lantai dan atap. Bentuk dasar bangunan empat persegi panjang, bentuk dasar atap berupa prisma dengan konstruksi atap pelana. Bagian depan lamin dapat di tambah dengan serambi yang memanjang mengikuti bentuk bangunan.

9. Karungut dari Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan


Puisi tradisional suku Dayak Ngaju. Karungut berasal dari kata karunya yang diambil dari bahasa Sangiang dan bahasa Sangen/Ngaju Kuno. ‘Karunya’ berarti tembang. Puisi tradisional atau puisi rakyat yang dikenal di Kalimantan Tengah ini diwariskan oleh nenek moyang mereka dalam bentuk lagu dan syair yang disusun sendiri oleh penciptanya, sepanjang tidak menyimpang dari kaidah yang telah dianggap baku. Di awal perkembangannya, bahasa yang digunakan dalam karungut adalah bahasa Sangen (Ngaju Kuno), tapi kini sangat jarang dipergunakan lagi. Dahulu salah satu fungsi karungut adalah sebagai media pengajaran. Karena seorang balian (guru atau dukun) menyampaikan pengajaran kepada para muridnya dengan mengarungut. Sementara para muridnya menjawab atau melaksanakan perintah dari gurunya dengan mengarungut pula.

10. Sasirangan dari Kalimantan Selatan


Kain sasirangan merupakan kain batik yang terdapat di kalimantan selatan. Proses pembuatannya sudah dilakukan secara modern. Bahan yang digunakan untuk membuat kain sasirangan pada awalnya berasal dari serat kapas atau katun. Dalam perkembangannya, bahan baku ini berkembang bukan saja dari kapas, melainkan juga dari bahan non kapas. Tetapi yang jelas bahan bakunya berasal dari bahan baku berupa kain. Adapun jenis-jenis kain yang dijadikan bahan baku tersebut pada dasarnya hanya terdiri dari tiga jenis saja yaitu kain sutera, kain saten atau sating dan kain katun. Pengertian kain Sasirangan itu sendiri secara umum adalah sejenis kain yang dibuat dengan teknik tusuk jelujur, kemudian diikat dengan benang atau tali raffia dan selanjutnya dicelup.

11. Ulap Doyo dari Kalimantan Timur


Seni kerajinan tekstil masyarakat Dayak Benuaq. Bahan utama untuk menenun adalah benang doyo, yang berasal dari serat daun ulap doyo (Curcoligo latifolia lend.) yang berbentuk lebar. Jenis tumbuhan ini banyak tumbuh di dataran yang berpasir, di antara semak dan ilalang, dan tumbuh dekat rawa. Secara almiah tumbuhan sejenis pandan ini berkembang dengan subur di daerah Tanjung Isuy. Dahulu bahan ini dipergunakan mengingat benang dari kapas masih susah ditemukan. Konon, pohon Doyo ini hanya boleh ditanam oleh perempuan, serta tabu atau pantang dikerjakan oleh lelaki. Dengan teknik tertentu daun ini dipintal hingga berbentuk benang yang kuat untuk ditenun.

12. Tari Maengket dari Sulawesi Utara


Tari tradisional masyarakat Minahasa. Tarian ini dilakukan oleh sekelompok orang yang menyanyi sambil menari bahkan saling berpegangan tangan dan di pimpin oleh seseorang (Kapel) yang akan mengangkat suara/lagu pertama (Tumutuur) serta tambur sebagai alat pengiringnya. Kegiatan dimaksud berkaitan upacara dengan tujuan menerangi,membuka jalan dan mempersatukan masyarakat pendukungnya. Hal ini dilakukan dalam situasi kegiatan panen padi (Maowey/Makamberu),selamatan rumah baru (Marambak) dan pergaulan muda mudi (Lalaya’an). Daerah sebarannya umumnya dapat ditemui pada provinsi Sulawesi Utara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar